Kuring

"KURING"

Aku pria asli keturunan Sunda, sampai tempat lahirpun sangat "nyunda" sekali. Di Sumedang, Sumedang "Tandang Nyandang Kahayang". Karena kedua orang tuaku asli Sunda dan asli Sumedang.

Nama asliku Yusup Suryadi biasa dipanggil "Ucup" ada juga yang manggil "Aang". Karena kedua panggilan itu akhirnya saya memutuskan menggabungkan kedua nama panggilan itu menjadi "Aangucup" sebagai nama alias di dunia maya. Entah kenapa saya diberi nama itu, sampai saat ini aku belum bertanya apa alasan kedua orangtuaku memberi nama Yusup Suryadi. Tapi yang jelas menurut orangtuaku namaku dulu hanya Suryadi tanpa Yusup di depannya, karena sering sakit-sakitan kedua orangtuaku sepakat menambah namaku dengan Yusup di depan kata Suryadi. 

Satu masalah muncul ketika aku mulai menginjak bangku sekolah. Karena kebanyakan yang bernama Yusuf itu menggunakan huruf "F" dan aku hanya segelintir orang yang menggunakan huruf "P" sebagai pelengkap kata Yusu... menjadi Yusup. Guru-guru seringkali memanggil namaku dengan "Yusuf" (pas pengucapan bibir atas dan bibir bawah tidak sampai beradu, yang beradu hanya gigi atas dengan bibir bawah). Seharusnya namaku diucapkan dengan cara bibir atas beradu dengan bibir bawah pas di akhir kata. YUSUP. "Nyunda pisan kan namaku?". Sempat kesal, tapi lama-lama mulai terbiasa dengan hal ini. Dan tak pernah bosan aku membetulkan panggilan orang terhadap namaku. Kalau ada yang nanya "Siapa namamu?", saya jawab "Yusup". "Oh Yusuf?", "Bukan Yusuf tapi Yusup pakai p...peyeum...peuyeum". Gara-gara hal itu seringkali orang memanggilku dengan Yusup Peuyeum..-____-.

Masa kecilku dihabiskan di sebuah kampung yang bernama Cibenda yang berada di kaki Gunung dekat Gunung Geulis. Mungkin bagi kalian yang pernah ke Jatinangor pernah melihat Gunung yang berada berseberangan dengan kampus UNPAD (tepatnya sebelah tenggara dari kampus UNPAD). Nah itu dia Gunung Geulis. Mungkin ini Gunung kebanggaan masyarakat Tanjungsari dan sekitarnya. Dari kecil aku memang orangnya pemalu, susah bergaul, sukanya main sendiri di rumah (anak rumahan ceritanya). Teman mainku kebanyakan anak perempuan yang berada disekitar rumah saja, jarang sekali aku bermain dengan anak laki-laki yang lain. Kalaupun bermain bersama anak laki-laki itu pasti karena mereka datang kerumah ngajak main disekitar rumahku saja. Karena aku kurang suka main jauh-jauh dari rumah. Tak aneh jika sekarang temanku kebanyakan perempuan.. haha. Banyak yang sirik atas hal ini, terutama teman-temanku yang laki-laki (enak juga banyak teman cewek ternyata).

Pendidikanku dimulai dengan masuk di SDN Cikandang waktu itu umurku masih 5 tahun lebih dikit, kemudian dilanjut ke SMPN 2 Tanjungsari. Nah di SMP inilah aku mulai menemukan cikal bakal persahabatanku dengan banyak orang. Lanjut ke SMAN Tanjungsari (satu-satunya SMA negeri di Tanjungsari, hingga saat ini). Masa-masa di SMA ini begitu melekat di kepalaku sampai aku berfikir, inilah masa keemasanku selama ini (lebay dikit tak apalah). Sempat galau ketika harus memilih melanjutkan kuliah atau langsung bekerja, akhirnya dengan semangat 45 aku putuskan masuk ke UPI dengan status jalur PMDK (tanpa harus mengikuti ujian SMPTN). Sempat bangga masuk UPI dengan jalur bebas hambatan, ya walau akhirnya harus menyerah kepada keadaan dan tak melanjutkan kuliah di UPI. Tapi cukup untuk membuat pengalamanku bertambah apalagi selama kuliah di UPI aku bertemu dengan banyak orang baru dari seluruh penjuru Indonesia. Hingga saat ini aku masih sering twitteran sama mereka walaupun sudah berpisah hampir 4 tahun. 

Benar sekali kutipan dari novel Negeri 5 Menara.

"Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan".

Aku sangat menghargai persahabatan. Karena selama ini aku sangat terbantu sekali dengan banyaknya sahabat dan aku yakin ada kekuatan yang sangat bersar dibalik sebuah persahabatan. Maka marilah kita bersahabat.
 

Twitter Updates